Tanggal: 15 Sep 2025
Kategori: Editorial
Post dari: Admin
π Salah satu kekuatan desa di era digital adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan teknologi yang terus berkembang. Di Nusa Tenggara Barat (NTB), pemanfaatan OpenSID sebagai sistem informasi desa kian nyata. Data terkini dari Pantau SID mencatat sebanyak 816 desa di NTB telah menggunakannya, dengan 472 desa aktif online dan 344 desa masih offline. Angka ini sekaligus menjadi potret kesiapan desa-desa NTB dalam menghadapi tantangan digitalisasi pelayanan publik.
Distribusi per kabupaten memperlihatkan variasi yang menarik. Lombok Timur menjadi penyumbang terbesar dengan 252 desa, diikuti Sumbawa dengan 165 desa, serta Bima dengan 143 desa. Sementara itu, Lombok Utara tercatat baru memiliki 13 desa pengguna OpenSID, namun semuanya aktif onlineβsebuah capaian yang patut diapresiasi.
Di balik data jumlah pengguna, salah satu indikator penting adalah versi OpenSID yang digunakan. Saat ini, versi terbaru adalah 2509.0.0 yang dirilis pada September 2025. Distribusi versi ini memudahkan desa untuk mengetahui apakah sistem yang mereka gunakan sudah terkini atau masih perlu pembaruan.
Pembaruan versi tidak sekadar soal teknis, melainkan juga menyangkut keamanan data, stabilitas sistem, serta akses ke fitur-fitur baru. Desa-desa yang sudah mengadopsi versi terbaru patut diapresiasi sebagai pelopor adaptasi digital, sekaligus memberi contoh bagi desa lain agar tidak tertinggal.
Selain versi, tema OpenSID juga menjadi perhatian. Tema bukan hanya soal tampilan, melainkan cerminan identitas digital desa. Pantau SID memetakan penggunaan tema, baik yang bersifat bawaan seperti Netra dan Esensi, maupun tema profesional (Pro) seperti DeNava, Pusako, Silir, Batuah, DeNatra, hingga Lestari.
Dari sini kita bisa membaca tren dan preferensi desa: apakah mereka memilih tampilan sederhana dan ringan, atau lebih kaya fitur dan desain modern. Konsistensi dalam penggunaan tema juga penting untuk memastikan tampilan situs desa mudah diakses masyarakat dan selaras dengan kebutuhan informasi publik.
Untuk memotivasi percepatan adopsi, Pantau SID juga menampilkan 10 desa yang sudah menggunakan versi terbaru OpenSID. Daftar ini menjadi rujukan bahwa pembaruan itu mungkin dan dapat dilakukan dengan baik. Lebih jauh, sistem juga menampilkan 10 desa dengan performa digital tertinggi, dinilai dari kombinasi indikator: versi SID yang digunakan, status online/offline, dan pemanfaatan Tanda Tangan Elektronik (TTE).
Inisiatif ini memberikan apresiasi kepada desa-desa yang paling adaptif sekaligus memberi inspirasi bagi desa lain. Dengan begitu, desa yang masih tertinggal dapat belajar dan mengejar ketertinggalan mereka.
Editorial ini menggarisbawahi bahwa pemanfaatan Versi dan Tema OpenSID bukan hanya urusan teknis, melainkan bagian dari transformasi digital desa di NTB. Dengan dukungan masyarakat, pemerintah desa, hingga pemangku kebijakan daerah, NTB tengah bergerak menuju ekosistem digital yang lebih matang dan inklusif.
Karena pada akhirnya, desa yang terkoneksi, terbarui, dan tampil profesional adalah kunci bagi NTB yang lebih maju dan transparan.
βοΈ Suara Redaksi Pantau SID
Kami mengajak para pegiat desa untuk terus menjaga semangat belajar dan berbagi praktik baik, sebab kemajuan teknologi tidak akan berarti tanpa partisipasi warga. Kepada pemerintah kabupaten/kota dan pemangku kebijakan, apresiasi kami sampaikan atas dukungan nyata yang telah diberikan, dan harapan kami sederhana: teruslah menjadi jembatan agar desa-desa di NTB dapat melangkah bersama dalam arus transformasi digital.
Sebab setiap desa yang berdaya digital, adalah satu langkah lebih dekat menuju NTB yang cerdas, inklusif, dan berdaya saing. π±